KEBENARAN TAKLENYAP DIMAKAN WAKTU

Ilustrasi dari Unsplash




KEBENARAN  TAKLENYAP  DIMAKAN  WAKTU

Oleh:  Bameswara

Dari  Petang  Menuju  Terang
Sumber insani putih,
Suci terpaut dan terpatri,
Melekat di dalam Hati,
Menuju sanubari Ilahi….

Menerangi kegelapan,
Laksana bulan di malam hari,
Bak mentari di pagi hari,
Cahayamu akan bersinar abadi….

Padang berubah Petang,
Petang kembali terang,
Akibat rotasi bumi,
Berputar mengelilingi matahari….

Hanya kebenaran hakiki,
Ajaran  Rosul dan para Nabi,
Penunjuk kejalan ilahi,
Menuju gerbang kehidupan Abadi.

‘’Kebenaran akan selalu menang meski terhalang oleh kegelapan, Namun cahaya ilahi akan menerang kebenaran Hakiki. ‘’


Related Posts:

Hujan Rahmat Allah

Ilustrasi dari Unsplash


Hujan Rahmat Allah

Oleh : Bameswara

Dari Rasa Sukur Penuh Nikmat

Ya, Allah....
Engkau telah turunkan air hujan,
Tetesan air yang membasahi bumi,
Engkau berikan rahmat kehidupan,
Mengusap semua penderitaan kami.

Engkau suburkan kembali tanah,
Hutan sawah ladang dan perkebunan,
Untuk kami tanami palawijah,
Sebagai sumber mata pencaharian.

Setelah sekian lama tanah kering,
Pohon padi yang mati gagal menguning,
Engkau kembali berikan harapan,
Harapan melangsungkan kehidupan.

Engkaulah pemberi rahmat,
Menghadiahkan kami sebuah nikmat,
Engkau perintahkan para malaikat,
Melimpahkan hujan begitu lebat.

Ketika engkau berfirman,
Nikmat Tuhan mana yang kau dustakan?,
Saat itu kami mulai memikirkan,
Tiada nikmatmu mampu di dustakan.



Related Posts:

Taksemanis Madu dan Taksekeras Batu



Taksemanis Madu Dan Taksekeras Batu
Oleh : Bameswara

Memang hidupku taksemanis madu,
Hidupku ini putih kelabu,
Namun hatiku tak sekeras batu,
Hatiku sejuk sesejuk embun salju.

Dan jikalau orang,
Menyakiti dan menghianatiku,
Akau tak  akan mengerang,
Untuk meminta mengasihiku.

Namun ingat, aku juga manusia,
Yang tak mau terus terhiana,
Boleh kau menganggapku sampah,
Tapi ku tanya kau itu siapa?

Memang kau punya segalanya,
Sedangkan aku tak punya apa-apa,
Namun aku masih punya hati,
Yang insallah buat bekal nanti,
Setelah diriku mati.






Related Posts:

Fakir Dan Tenda Pengungsi

Ilustrasi dari Unsplas



Fakir Dan Tenda Pengungsi
Oleh: Bamewara
Dari Pandangan Mata Yang Ada

Tuhan apakah ini sebuah takdir,
Takdir untuk kaum fakir,
Ternoda ibarat sampah yang tersingkir,
Mengalir terbawa banjir sampai ke hilir.

Banyak sekali ribuan jiwa yang mati,
Karena sebuah bencana yang tiada henti,
Ribuan material Roboh dan pergi,
Setiap hari teriris sebuah sedih.

Mereka rela mengantri,
Hanya untuk sesuap nasi,
Demi mendapatkan keinginan sang buah hati,
Yang menangis menginginkan Asi.

Tampaknya mereka mulai sadar,
Akan sebuah bencana ibarat perang badar,
Yang seakan mengancam disaat sadar,
Maupun mengancam disaat tak sadar.

Hanya bisa mengeluarkan air mata,
Menyaksikan fakta yang ada,
Tak sangka dipandang mata,
Kalu ini ternyata kehidupan nyata.

Related Posts: