Mengetuk Pintu Hati.

Mengetuk Pintu Hati.
Hay, Pemuda!
Hidup di dunia hanya sementara,
Jangan habiskan waktu tak berguna,
Jangan buat sia-sia...
Jangan lupa berbagi dengan sesama,
Dengan rasa ikhlas lilahi taala.

Mengetuk pintu hati untuk memberi,
Segala bentuk titipan-Nya hanya sementara,
Mengetuk pintu hati untuk berbagi,
Sebab titipannya tiada selamannya.

Bersyukur dengan apa yang kita punya,
Sadari semua hanya pemberian-Nya,
Semua yang kita punya pasti akan sirna,
Hingga waktunya tiba harta tak akan dibawa.

Tanami rasa ibu tanpa harus meminta,
Dengan rasa ikhlas lilahi ta ala,
Tanami rasa ibu tanpa pamrih,
Segala balasannya hanya karena-Nya.

Mengetuk pintu hati untuk memberi,
Segala bentuk titipannya hanya sementara,
Mengetuk pintu hati untuk berbagi,
Sebab titipan-Nya tiada selamannya.


(B_yk)

Salam damai untuk semuannya semoga kita senantiasa dalam lindungan-Nya (Allah Shubahanallahu wa ta ala)


Related Posts:

Kasih Belum Terdeteksi.

Kasih Tak Terdeteksi.
Siapapun engkau wahai pujaan hati,
Aku yakin engkau orang yang menjaga diri,
Setiap gerak-gerikmu engkau perhatikan,
Dalam ucapanmu engkau menjaga lisan.

Aku yakin kita pasti dipertemukan,
Terpaut dengan suatu janji suci,
Bukan suatu ikatan janji murahan,
Seperti lembah gelap jurang penuh kehinaan.

Meski kini aku tak tahu seperti apa parasmu,
Bahkan otaku tdiak mampu,
Melukis atau menggambarkan,
Wajah ayumu yang masih dalam buaian.

Entah berapa jauh,
Jarak aku dan engkau dalam ukuran metrik,
Berapa lama waktu yang ditempuh dalam hitungan meter per detik,
Karena aku belum tahu dimana letak titik kordinat untuk dapat memantaumu.

Aku mohon tunggu dan bersabarlah kasih,
Percayalah kita akan dipertemukan,
Seperti halnya pertemuan kedua lautan,
Memancarkan keindahan percikan benih-benih mutiara dan marjan.

(B_yk)





Related Posts:

Rinduku Seperti Rindu Barang Antik.

Rinduku Seperti Rindu Barang Antik.

Kasih akan ku tuliskan sajak rindu,
Jika memang dunia ini menipu,
Berarti benar aku telah tertipu,
Tertipu akan paras wajah cantikmu.

Awalku malu mengatakan cinta,
Karena cinta pada wanita.
Berarti sama saja cinta dunia,
Yang hanya sekejap dan sementara.

Tapi apa berhak mulut berkata,
Untuk menulak rasa cinta,
Sedangkan hati tidak dapat berkata,
Jika mata mengirimkan sinar cinta.

Aku mendengar bahwa cinta itu buta,
Menyesatkan para pelakunya,
Aku mendengar kalo cinta itu gila,
Menimbulkan kelainan jiwa.

Telingaku terus mendengar,
Mendengar cinta yang ingar-bingar,
Namun aku hanya mampu mendengar,
Mendengar dari lagu yang aku dengar.

Bagiku cinta itu teduh,
Laksana samudra pasifik,
Airnya tenang membuat rindu,
Rindu seperti rindu barang antik.


(B_yk)

Dari irama kerinduan.




Related Posts:

Kokokan Ayam Jantan.

Ayam Jantan
Kokokan ayam jantan.

Pagi menjelang singsingan fajar mentari,
Sebelum adzan subuh berkumandang,
Ketika hari masih terasa sunyi,
Kokokan ayam jantan terdengar nyaring,
Memberikan isyarat kepada hamba Tuhan,
Supaya terbangun menunaikan kewajiban.

Ayam jantan mendahului seruan muazin,
Ayam jantan berkokok rajin dan rutin,
Sahut-menyahut dari kandangnya,
Disusul suara merdu azan muazin,
Lembut mengucapkan seruan ilahiyah,
'Asholatu Khoiruminannaum'. 
(Sesungguhnya sholat itu lebih baik dari pada tidur)

Diantara manusia ada yang terjaga,
Bangun dari atas tempat tidurnya,
Menggelar sajadah  menjalankan perintah-Nya,
Ada juga manusia yang culas,
Malas bangun serta tertidur pulas, 
Tidak yakin dengan yaumul Ba'ats. (Hari kebangkitan).

Wahai kau anak cucu adam,
Malulah terhadap ayam jantan,
Yang bangun di akhir malam,
Berkokok menjelang seruan adzan,
Sementara kau membuat alasan,
Tetap tidur bermalas-malasan.

Wahai kau anak cucu adam.
Maukah kemuliaanmu terkalahkan,
Oleh seekor ayam jantan,
Hanya  karena terbangun kesiangan.
Apabila 'tidak' yang kau ucapkan, 
Maka bangunlah di waktu adzan. 


(B_yk)

C.22.11.2018.Rb

Related Posts:

Hancurkan keangkuhan.

Gambar ilustrasi.

Hancurkan keangkuhan.

Tidak akan terhormat dimata Tuhan,
Insan yang menyombongkan diri,
Disebabkan ketinggihan kedudukan,
Disebabkan ketinggihan ilmu,
Disebabkan banyaknya perniagaan,
Banyaknya harta kekayaan dan anak keturunan. 

Dimata Tuhan miskin atau kaya sama saja,
Tuhan hanya melihat kepada hambanya yang taqwa,
Kepada insan yang di jalan kebenaran,
Tetaplah berjalan di jalan yang lurus,
Jalan tanpa adanya kelokan yang menyesatkan,
Jangan terlalu larut pada gemerlapnya dunia,
Sebab semua yang ada hanyalah sementara,
Tidak akan kekal abadi selama-lamanya.

        Untuk insan yang selalu memegang tali iman,         
Gengam erat iman dengan jari-jemarimu,
Jangan biarkan terlepas dan terurai,
Bentengi diri dengan prisai kesucian,
Perisai yang terpancar dari cahaya ilahi,
Jangan sampai padam dalam hatimu.

Hancurkan serta tinggalkanlah keangkuhan,
Tinggalkan jalan orang-orang yang sombong,
Insan yang berjalan dengan dada membusung,
Kelak akan menerima hukuman Tuhan,          
Tidak akan ada sedikitpun kemuliaan,
Disebabkan di hatinya terdapat kesombongan.

(B_yk)

C.17.11.2018.Rb

Related Posts:

Damaikan Hati, Tenangkan Diri!

Ilustrasi from Pixabay



Damaikan hati, Tenangkan diri!

Wahai hati yang pernah tersakiti,
Bersabarlah tenangkan diri,
Berbesar hati damaikan diri,
Berkeluh-kesahlah pada ilahi.

Sesuatu yang telah terjadi,
Bukan hal yang perlu disesali,
Menyalahkan diri sendiri,
Sama halnya menyakiti hati.

Seperti hati yang mengerti,
Tahu bagaimana arti menyukai,
Cinta sejati bukan kehendak hati,
Takdir ilahi bukan untuk dipilih.

Sepasang merpati tertangkap foto,
Esok hari satu merpati mati,
Orang bilang belum jodoh,
Sebab ridho Allah tak merestui.

Hati hanya bisa menyukai,
Tidak selamanya bisa memiliki,
Harus rela dengan takdir ilahi,
Jangan biarkan hati frustasi.

Apabila hati frustasi,
Semua asa terhenti,
Rasa ingin mati bunuh diri,
Maka damaikan hati tenangkan diri.

Terimalah takdir ilahi,
Cinta tak mungkin kembali,
Kecuali sebuah Cinta sejati,
Cinta pada ilahi.

(B_yk)

C.19.03.2018.Rb


Related Posts:

Akhire Zaman (Puisi Bahasa Daerah)

Akhire Zaman

Dunyo tambah tuo,
Gemerlape wis ora ono,
Menuso lali toto-kromo,
Adigang-Adigung-Adiguno,
Ora iso nggo aji pemikir,
Akal budi salat kentir,
Iki tandane zaman wis akhir.

Akeh goro-goro,
Ratu pada rebutan tahta,
Ora peduli rakyat sengsara,
Sing kuat bakal kuasa,
Sing lemah ora berdaya,
Wong jujur uripe ancur,
Ora jujur uripe makmur,

Zaman wis ora teratur,
Tutur-pituture pada ngelantur,
Aji pemikire ngawur,
Mboten nggo ungah-ungguh,
Wong sepuh wis mboten diguguh,
Sedulur dadi musuh,
Luwih ngutamakaken nafsu,

Tonggo ora pada akur,
Akeh wong lali syukuran,
Ora peduli batur lan sedulur,
Matane pada pecicilan,
Iku lantaran harta,
Lantaran tahta,
Lantaran wanita.

Wong seng eling maring Maha Kuasa,
Wong sing uripe waspada,
Senajan uripe terhina,
Senajan uripe sengsara,
Ikuh seng bakal mulya,
Margane sing eling lan waspada,
Sing akeh muji maring Allah Taala.

(B_yk)

C.15.04.2018.Rb

Puisi ini ditulis berdasarkan bahasa daerah, waktu itu mendapat permintaan dari salah seorang sahabat pena, untuk menuliskan puisi dalam bahasa daerah inilah hasilnya. 🤭


Related Posts:

Senandung Burung

Gambar Garuda


Senandung Burung

Setiap pagi aku mendengar,
Merdu sahut menyahut,
Kicau burung bernyayi,
Penuh keikhlasan dengan kegembiraan.

Senandung burung...
Memperkenalkanku pada mereka,
Sesekaliku lirik keluar jendela,
Burung meloncat-loncat girang,
Di ranting pohon mereka bergoyang.

Senandung burung...
Kicaunya membangkitkan gairah,
Menyatu bersama suara desir angin,
Frekuwensi nada tertangkap telinga,
Indah membangunkanku yang abstain.

Senandung burung...
Aku terpana dengan merdunya,
Aku jatuh hati terhadapnya,
Aku terpana dengan nyayiannya,
Suara burung buatku jatuh cinta.

Senandung burung...
Memberikan harapan nyata,
Setiap pagi mereka bersuara,
Memotivasi semua pendengar,
Membongkar dinding pintu abar-abar.

Senandung burung...
Membentang samudra,
Membelah cakrawala,
Gagah berani berwibawa,
Aku gambar dalam kostum di dada.
BURUNG GARUDA....

(B_yk)

C.05.05.2018.Rb


Pernah diposting di plukme pada 05/05/2018.

Related Posts:

Tanah Enggang (Kanyalang)

Burung Enggang

Tanah Enggang (Kanyalang)
Lahan berbukit, Subur ditumbuhi tanaman hijau, Berderet pohon sawit, Negeri suku rumpun melayu. Burung Enggang, Mengudara di atas awang-awang, Hinggap di suatu kampung, Orang kampung menamainya Kanyalang. Kanyalang simbol kebanggan, Jelmaan burung dari kayangan, Datang membawa perdamaian, Menebar rasa kasih sayang, Namun sayang di sayang, Kasih sayang semakin hilang. Kanyalang kini enggan datang, Merasa tidak punya tempat kembali, Melihat hutan-hutan di gunduli, Air sungai kotor tercemari, Sumber daya alam di eksploitasi, Orang kampung teramat sedih, Menantikan kanyalang pulang. Meski kanyalang tidak kembali, Kanyalang tetap dikagumi, Kanyalang selalu dikenali, Kanyalang kan selalu dilindungi, Kanyalang oleh penduduk asli, Di jadikan icon sebuah negeri, Sarawak bestari argoindustri. By : (B_yk) K.07.09.2018.ch






Related Posts:

Rintihan Di Balik Awan




Rintihan Di Balik Awan

Oleh : Bameswara
Dibalik awan 

Rintihan itu kerap kali mengundang simpati,
Beberapa kali ku cari dimana asalnya,
Akan tetapi lagi-lagi tidak terdeteksi,
Kembali suara rintihan itu terdengar,
Telinga menangkap suara itu sangat memilukan,
Menggerakan sanubari untuk terus mencari,

Tajam mataku mengarah bebas ke udara,
Terlihatlah awan mendung tepat diatas kepala,
Di balik awan itulah rintihan berasal,
Aku mencoba menghibur dengar siulan merdu,
Menyanyikan sekata dua kata indah,
Rintihannya malah tak kunjung redah,

Semakin kencang memekakan telinga,
Dalam hatiku berbisik Tuhan bantulah ia,
Air hujan mulai turun bercampur air mata,
Angin bertiup begitu lembut menggerakan awan,
Perlahan-lahan dari balik awan terpancar cahaya,
Sumber dimana asal rintihan itu berada,

Ia terlihat kecil namun memancarkan sinar,
Terang saat mentari mulai tenggelam,
Dalam gelap malam ia mulai tersenyum,
Saat rembulan menemaninya dikala ia sendiri,
Ternyata ia merintih sebab merasa sendiri,
Sedih disaat bulan digantikan mentari,
Dan senang saat rembulan kembali,

Oh, Tuhan sungguh indah ciptaanmu,
Kau jadikan cinta diantara bulan dan bintang,
Sungguh begitu beruntungnya diriku Tuhan,
Masih Kau tunjukan penglihatan keajaiban,
Kesetiaan Cinta antara Bulandan Bintang.

(B_yk)

K.01.10.2018.Ch

Pernah di posting di Plukme 01/10/2018
Ilustrasi dari Pixabay

Related Posts:

Rindu Warna Yang Biru




Rindu Warna Yang Biru

Oleh : Bameswara
Dari Irama Kerinduan

Ku merindukan kalian kawan,
Teringat kebersamaan yang erat,
Antara aku dan kalian,
Yang selalu dihatiku ingat.

Terbayang canda mu kawan,
Canda yang selalu terkesan,
Tanda sebuah gambaran.
Gambaran arti persahabatan.

Ingin ku mengulang kenangan itu,
Kenangan saat bersamamu kawan,
Dan inginku dekap satu persatu,
Tubuhmu kawan

Untuk melepaskan rindu ku,
Rindu kenangan akan masa lalu.
Masa lalu warna yang biru,
Ditempat kami menimba ilmu.

Memang kita berbeda muka,
Tapi kita semua saling berbagi suka,
Terpampang dalam gambar kamera,
Album kenangan SMPN 1 CITRA. (Cirebon Utara)

“Persahabatan yang berjalin lama akan bermetamofosis menjadi ikatan persaudaraan yang semakin lama mengencang dan sukar untuk di lepaskan”

(B_yk)

Puisi SMP sangat lama

Related Posts:

OPTIMISTIS




OPTIMISTIS 

Oleh: Bameswara
Dari Negeri 45

Hidup itu jangan di bikin susah.
Karena Hidup adalah anugerah.
Susah senang sedih gembira.
Itu takdir yang maha kuasa.

Terus melangkah.
Pantang akan Kata menyerah.
Kobarkan semangat dalam jiwa.
Demi meraih mimpi yang indah.

(B_yk)

Images dari Pixabay

Related Posts:

Kenapa dan Mengapa




Kenapa dan Mengapa

Oleh : Bameswara
 Tahun 2014

Kenapa...
Kau menganggap dirimu suci,
Padahal belum tentu kau suci.
Mengapa...
Kau menganggap dirimu mulia,
Padahal belum tentu dirimu mulia.

Kenapa...
Kau menganggap dirimu kaya, 
Padahal belum tentu kau kaya.
Mengapa...
Kau menganggap dirimu sempurna,
Padahal belum tentu dirimu sempurna.

Apa kau tahu rumus dunia?
Bahwa di bawah langit,
Masih ada langit,
Dan di bawah bumi,
Masih ada bumi.

Namun, entah kenapa dan mengapa?
Kau terus menghina,
Kau terus merendahkan,
Kau terus meremehkan.

Padahal belum tentu,
Kalau dirimu itu,
Lebih rendah dari diriku,
Dihadapan Tuhanmu,
Dan dihadapan Tuhanku.

(B_yk)

Gambar by Pixabay

Related Posts:

Bukan Akhir Hanya Rumusan Tabir




Bukan Akhir Hanya Rumusan Tabir

Oleh: Bameswara
Dari Sebuah Rumusan Tabir

Dipaksa untuk berlari,
Namun tubuh tak mampu untuk berdiri,
Dipaksa untuk sembunyi,
Namun tiada tempat sembunyi.

Berjalan dengan tubuh yang rapuh,
Ribuan mil jarak yang  harus di tempuh,
Memaksakan kaki yang kadang terjatuh,
Terjatuh dimakan oleh sang waktu.

Tak sanggup memikul ribuan beban,
Dengan kecilnya tubuh ysng tertekan,
Ingin tubuh menjauh dari beban,
Tapi satupun tak mampu dilepaskan.

Mampu dilihat denagn kosongnya mata,
Yang berarti hanya bayangan tak nayata,
Samar terdengar dan seakan sirna,
Ibarat kata tak memiliki makna.

Terjatuh mungkin suratan takdir,
Namun semua bukanlah akhir,
Ini hanya sebuah rumusan tabir,
Yang memaksa kita untuk berfikir.

(B_yk)

Ilustrasi dari Pixabay


Related Posts:

CANDU




CANDU

Oleh : Bameswara
Canda dan Rindu

Canda dan Rindu,
Setiap waktu menghampiriku,
Menostalgiakan ingatanku,
Kembali ke waktu dulu.
Mimik wajah bermacam rupa,
Sifat kawan-kawan lama,
Berbeda namun serupa,
Bernaung dalam satu asa.

Bersenggama dengan buku,
Mendengarkan nasihat guru,
Berulah dengan tingkah laku lucu,
Sayang! Semua telah berlalu.

Layaknya seekor kupu-kupu,
Pergi jauh kemana hendak dituju,
Hinggap di bunga mencari madu,
Meski waktu masih kepompong,
Berada dalam dahan yang satu.

Hidup selalu dan tetap berlalu,
Siapa rajin menuntut ilmu,
Sering membaca buku,
Pandai mengatur waktu,
Maka tak akan sia-sia hidupmu.

(B_yk)

Hari Rabu Pukul 13.51 WIB.
Cirebon, 04 Mei 2016
Ilustrasi dari Pixabay


Related Posts:

Lelah Serangga Nista Nan Hina




Lelah Serangga Nista Nan Hina
Oleh : Bameswara
Bersama serangga yang kelelahan

Setiap malam teras sama,
Tak ada hal yang istimewa,
Aku lelah dengan semuanya,
Tidak tahu harus berbuat apa,
Entah, mengapa?   
Entah, kenapa?   
Aku merasa lelah.

Bukan maksud aku menyerah,   
Bukan pula berputus asa, 
                                      Juga bukan berputus cinta,                                         
Udara sejuknya senja,
Seakan-akan takku rasa,
Bintang berkelip di mega,
Berubah suasana gelap dipandang mata.

Cahaya bulan terang-benderang,
Diantara ribuan bintang-bintang,
Di bawah pepohonan nan rindang,
Aku bak seorang pecundang,
Tak lagi garang,
Tak lagi menang,
Menyerah menantang rintang.

Aku bukan lagi seekor singa,
Raja rimba gagah berwibawa,
Aku bukan lagi seekor naga,
Sangar dengan semburan apinya,
Aku bukan lagi seekor buaya,
Ganas dengan gigitannya,
Aku bukan lagi seekor gorila,
Kuat tegap berkarisma,
Aku bukan lagi seekor gajah,
Cerdas besar! Gading belalainya.

Aku bukan lagi seekor lumba-lumba,
Cerdik tajam insting nalurinya,
Aku hanya seekor serangga nista nan hina.
Apa hebatnya serangga nista nan hina,
Diam berkutik tak bisa berbuat apa-apa,
Ketika terjerat disarang laba-laba,
Terbungkus tubuhnya,
Dibiarkan mati,
Dan menjadi mumi.

(B_yk)

Cirebon, 04 Mei 2016
Pukul 11.00 WIB
Ilustrasi dari Pixabay

Related Posts:

MAMPUKAH INDONESIA (Baca dalam mode gelap)




MAMPUKAH INDONESIA

Oleh : Bameswara
Bertanya untuk Indonesia!

Mampukah Indonesia!
Mewujudkan cita-cita anak bangsa,
Untuk terus bersekolah,
Membebaskan beban mereka,
Dalam hal yang menyangkut biaya.

Bisakah Indonesia!
Mensejahterahkan rakyatnya,
Baik tua ataupun muda,
Baik pengusaha ataupun rakyat jelata.

Sanggupkah Indonesia!
Menjamin kesejahteraan rakyatnya,
Menyelamatkan nyawa mereka,
Yang tak punya harta benda,
Sehingga harus rela terbaring koma.

Siapkah Indonesia!
Menghadapi perubahan moral rakyatnya,
Menerkam diam ibarat serigala,
Bersembunyi mengumpat seperti mata-mata,
Dan mencoba memindahkan Pancasila pada tempatnya.

Berjanjilah Indonesia!
Indonesia pasti mampu,
Indonesia pasti bisa,
Indonesia pasti sanggup,
Indonesia pasti siap dan berjayalah.

(B_yk)



Pukul 03.30 pm
Cirebon, 21 Agustus
I2
015

Related Posts:

MARI KERJA




MARI KERJA

Oleh : Bameswara
Mari Kerja!


Kerja merupakan dedikasi kita,
Dalam mencari rizki yang berkah,
Agar bisa hidup sejahterah,
Dan bisa membuat bangga keluarga.
Setiap Doa adalah kerja,
Setiap Usaha adalah kerja,
Setiap Ikhtiar adalah kerja,
Dan Tawakal adalah kuncinya.

Sehabat apapun diri kita,
Sepandai apapun diri kita,
Tanpa diiringi semangat kerja,
Merupakan hal yang sia-sia. 

Mari kerja banggakan diri kita,
Mari kerja banggakan orang tua,
Mari kerja banggakan keluarga,
Mari kerja untuk membangun bangsa.

(B_yk)

Pukul : 05.00 p.m
Cirebon, 19 Agustus 2015
Ilustrasi dari Pixabay

Related Posts:

Nyamuk Demam Berdarah




Nyamuk Demam Berdarah

Oleh : Bameswara
Bahaya Aides Aigepti


Dengingan suaramu sangat mengganggu,
Entah apa maksudmu ku tak tahu,
Menggodaku atau malah merayu,
Berputar-putar diatas kepalaku.

Hey kau serangga hina,
Masih adakah mangsa?
Selain Manusia!
Kau hisap darah seenaknya,
Dasar! Penyebab demam berdarah.

Apa kau tahu akibat ulahmu?
Sebab virus mu itu,
Membuat manusia menderita,
Bahkan ada yang sampai meregang nyawa.

Haruskah aku abatisasi!
Biar bintik kau mati,
Maukah kau aku basmi?
Untuk mencegah virus aides aigepti.

Kau tak bisa lari,
Tak bisa lagi bersembunyi,
Biarkan virus mu mati,
Di persembunyianmu dihempas bumi.

(B_yk)

Pukul 07.30 a.m
Cirebon, 06 Mei 2016. 
Ilustrasi dari Pixabay

Related Posts:

SAHABAT




SAHABAT

Oleh : Bameswara
Bersama Sahabat

Terimakasih banyak sobat,
Karena kau hadir sebagai sahabat,
Meski kita sama melarat,
Tapi kau selalu dekat sobat.
Sobat! Saat aku susah,
Kau tetap selalu ada,
Sama halnya jika kau susah,
Aku akan selalu ada seperti kau ada.
Kaulah sahabat sejati,
Akan selalu ada di hati,
Disetiap kondisi,
Meski sampai mati.
Jikalau kau merasa susah,
Aku akan merasakan susah,
Jika kau merasa sedih,
Aku juga merasakan sedih.
Karena sedihku adalah sedihmu,
Susahku juga susahmu,
Senang kita rayakan bersama,
Susah pun kita nikmati bersama.
Sudah suratan takdir kita bersama,
Dalam suka duka,
Setiap situasi dan kondisi,
Kita kawan sejati sampai mati.

(B_yk)

Pukul : 02.00 p.m
Cirebon, 30 Agustus 2015

Related Posts:

SAJAK KIRIMAN TEMAN

Penulis Sajak



SAJAK KIRIMAN TEMAN

Oleh : Bameswara
Membaca sajak kiriman teman

Teman…
Sajak indahmu kini telah terkirim bersamaan dengan bulan purnama,
Susunan kata sajakmu berkerlap-kerlip berkilauan bagai bintang kejora,
Mengganjal dimata....
Hingga aku tak dapat memejamkannya walau hanya sekejap,
Seni goretan pena yang tebal, di lembaran kertas tipis,
Bertepikan gambar bunga-bunga mawar mekar,
Seakan kau petik dari negeri subtropis,
Setelah habis semua rangkaian kata-katanya terbaca,
Tak sudih melepaskan pandangan sampai benar-benar aku terlelap dalam gelap.
Sehingga aku dapat memimpikan dan merasakan kehadiran sukmamu disini,
Sampai besok pagi aku akan terbangun bersama gerimis,
Seusainya aku berharap melihat temanku dan sajaknya menjelma menjadi sebuah pelangi.


(B_yk)

Related Posts:

SI PEMBAJAK SAWAH

Petani dari Unsplash



SI PEMBAJAK SAWAH

By : Bameswara
Bercerita Si Pembajak Sawah

Pergi di pagi buta,
Memikul cangkul dipundaknya,
Keluar rumah,
 Menuju ladang sawah tetangga,
Dari rumah turun ke-sawah.
Bercanda dengan serangga,
Bercampur bergelut lumpur,
Bicara dengan cacing tanah,
Menari-nari diatas ladang gembur.
Wahai! Si Pembajak sawah,
Ahli membajak sawah,
Tampak dimata sederhana,
Padahal tak semua orang bisa,
Mengerjakannya.
Wahai! Si Pembajak sawah,
 Profesimu sangat mulia,
Mencangkul ladang tetangga,
Tanpa berkeluh-kesah,
Meski upahmu tak seberapa.
Berkat tangan kasarnya,
Suburnya ladang dan sawah,
Hijaukan padi dan palawijah,
Mengantar cerita panen raya,
Wahai! Kau Si Pembajak sawah.....

(B_yk)

Cirebon, 06 Mei 2016

Related Posts:

Cirebon Tanah Kelahiran

Doc Bameswara


Cirebon Tanah Kelahiran 




Dari Caruban Nagari (Cirebon)

Disini aku disususi dan diberi asi,
Tak terhitung debit air kuminum,
Tanah cirebon yang menjadi saksi,
Dan angin sayup asri silih berganti.
Melelapkanku dipangkuan sang Ibu,
Yang terduduk di atas kursi kayu,
Sembari senandung lagu-lagu merdu,
Menambah lelap tidurku.
Cirebon dan Ibu yang membesarkanku,
Seakan satu dalam hidupku,
Menemani dalam lelap tidurku,
Mengasuhku tak kenal lesuh.
Cirebon negeri indah pesisir,
Gagah mega di daerah peminggir,
Ombak yang berdesir bercampur pasir,
Bergelombang kencang bagai putaran gir.
Terlahirlah aku sang pemikir kerdil,
Diatas tanah negeri macan ali,
Negeri letak ampar pusaran bumi,
Bersatu bersama Ibu pertiwi.
Macan Ali semboyan Caruban Nagari,
Gemah Ripah Loh Jinawi,
Rame Ing Gawe Suci Ing Pamrih,
Tanah suci peninggalan para wali.

Cirebon, 23 Juni 2015

Related Posts: