PANCASILAKU MENANGIS
Saat berjalan menyusuri Lubang Buaya
Hingga sampai di jalan Pancasila sakti
Aku melihat tujuh patung pahlawan revolusi
Tepat di belakangnya patung Garuda.
Aku berkata tanpa suara hanya dalam hati
Itulah lambang Indonesia Garuda Pancasila
Kokoh sebagai suatu ideologi kepribadian
Bangsa yang merdeka karena perjuangan.
Mataku tetap tertuju pada patung Garuda
Kulihat pancar mata Garuda semakin redup
Bulu-bulu Garuda perlahan-lahan rontok
Cengkramnya hampir lepas memegang semboyan.
Aku bertanya tanpa suara hanya dalam hati
Apa yang telah terjadi pada Pancasila!
Apa yang membuatnya tidak bergairah
Pasti ada sesuatu yang mungkin tidak biasa.
Sejenak Aku alihkan pandangan mata
Aku menatap wajah tujuh patriot Bangsa
Seolah ruh mereka menatapku di atas sana
Mereka memanggil ' Anak muda kemarilah'
'Sekali lagi kau lihatlah Garuda Pancasila'
'Garuda Pancasila kau lihat sedang berduka'
'Bisahkah kau menghibur Garuda Pancasila'
'Tolonglah kembalikan lagi cengkramnya.'
Aku bertanya pada tujuh patriot Bangsa
'Dengan cara apa aku dapat melakukannya?'
'Aku hanyalah seorang pemuda biasa'
'Tidak tahu Aku harus berbuat apa.'
'Anak muda, Yakinlah kau bisa'
'Merah darah yang mengalir di dada'
'Putih tulang yang buatmu tangguh'
'Merupakan semangat besar untuk maju'
'Berjanjilah pada kami bertujuh'
'Kau harus setia pada Garuda Pancasila'
'Gemahkan nilai-nilai Bhihneka Tunggal Ika'
'Jaga Merah Putih, jaga Bangsa dan Negara.'
'Kami bertujuh hanya prisai NKRI'
'Yang dahulu berkorban untuk Ibu Pertiwi'
'Segenap hati dan raga kami berbakti'
'Pertahankan Ideologi dan Merah putih.'
'Sekarang Giliranmu anak Muda'
'Kau harus tetap menjadi Bangsa merdeka'
'Meski kami tahu mempertahankan'
'Lebih sulit dari pada memperjuangkan.'
'Yakin kamu tahu apa yang harus dikerjakan'
'Tunduk pada penghianat Bangsa'
'Atau kau mempertahankan kemerdekaan'
'Demi Ibu Pertiwi Indonesia dan Pancasila.'
'Pancasila bukan hanya lambang semboyan'
'Pencasila merupakan nilai kepribadian'
'Pancasila bukan merupakan alat kekuasaan'
'Pancasila merupakan wadah persatuan.'
'Sila pertama tentang ke-Tuhanan'
'Mengakui bahwa kita Bangsa beragama'
'Bangsa yang percaya pada Tuhan Yang Esa'
'Bukan Bangsa yang durhaka pada Tuhan.'
'Sila kedua tentang ke-Manusiaan'
'Mengakui bahwa kita sesama manusia'
'Menghormaati nilai ke-Manusiaan'
'Kita Bangsa yang memanusiakan manusia.'
'Sila ketiga tentang Persatuan Indonesia'
'Ingat bahwa kita memperoleh kemerdekaan'
'Kita diakui sebagai suatu Bangsa Indonesia'
'Karena perjuangan Persatuan rakyat Indonesia.'
'Sila keempat tentang ke-Rakyatan'
'Bangsa Indonesia mengakui pemerintahan'
'Hasil musyawarah serta kesepakatan Rakyat'
'Bukan kesepakatan pejabat atau birokrat.'
'Sila kelima tentang Keadilan seluruh Rakyat'
'Maka Kita sebagai Bangsa yang merdeka'
'Berhak menegakan suatu Keadilan sosial'
'Dan melawan segala bentuk ketidak adilan.'
'Percayalah, Kebenaran akan selalu menang'
'Hadapilah persoalan dengan tetap tenang'
'Jangan pernah menyerah sebelum berjuang'
'Bergerak serentak menerjang dan Menang.'
'Anak Muda, merupakan panji Merah Putih'
'Gugur satu maka akan tumbuh sepuluh ribu'
'Berbaktilah untuk menjaga Ibu Pertiwi'
'Jangan biarkan Ibu Pertiwi merinti dan sedih.'
(Bersatu Kita Teguh, Bercerai Kita Runtuh)
Merdeka...
Merdeka...
Merdeka...
SEKALI MERDEKA, TETAP MERDEKA...
(B_yk)
Crb.06.10.2010.Rb
0 Response to "Puisi Pancasilaku Menangis"
Post a Comment