Assallamuallaikum. Wr.Wb
Bismillahiarahmanirahim, sahabat semua yang Budiman (Berbudi dan Beriman).
Melihat kejadian-kejadian di tanah air kita Indonesia di awal tahun 2021, merupakan awal tahun yang membuat kita sebagai bangsa Indonesia harus benar-benar merenungkan setiap kejadian-kejadian di Bumi Pertiwi. Saat kita masih dihadapkan dengan bencana wabah yang terus mebayang-bayangi penduduk bumi di seluruh dunia, ketika doa-doa terbaik dipanjatkan di akhir tahun masehi 2020 menjelang pergantian tahun. Hingga memasuki waktu tahun berganti menjadi tahun 2021, doa-doa dan harapan itu seakan tidak tepat sasaran, doa itu melesat jauh bagaikan anak pahan yang melenceng dari target, entah kemana doa dan harapan itu pergi.
Coba kita sebagai bangsa Indonesia mulai merenungkan, masihkah doa-doa kita diterima? atau doa itu hanya sebuah seremoni yang tidak membekas sedikitpun di hati kita. Lalu masihkah kita sebagai bangsa yang mengikrarkan Ketuhanan Yang Maha Esa, memiliki keimanan di hati bukan hanya sebuah keimanan yang diucapkan dengan lisan semata, namun harus diyakini dalam hati.
Peristiwa-peristiwa yang terjadi di Ibu Pertiwi di awal tahun 2021 merupakan gambaran bahwa kita sebagai bangsa sedang dalam keadaan tidak baik-baik saja, di awal tahun 2021 banyak sekali kejadian yang membuat kita semua harus benar-benar merenung, karena pasti ada sebuah kesalahan besar yang dilakukan kita semua sebagai suatu bangsa. Entah itu dari perilaku perubahan yang signifikan dari bangsa kita sehingga jauh dari nilai-nilai moral dan adab-adab yang diajarkan oleh para pendahulu kita, sedangkan dengan lisan bangsa ini telah mengikrarkan Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab, namun pada faktanya jauh dari pri kemanusiaan dan pri keadilan. Sehingga dampaknya berakibat dengan kejadian-kejadian yang telah terjadi.
Memang semua kehendak Allah Tuhan Yang Maha Esa, akan tetapi bukankah semua kerusakan yang terjadi di atas muka bumi itu disebabkan oleh tangan-tangan manusianya. Tuhan dengan Maha Kesempurnaannya sangat mustahil melakukan kesalahan, sedangkan kita manusia jauh dari kata sempurna. Akan tetapi manusia seakan-akan sebagai makhluk yang dibekali dengan kemampuan yang luar biasa hebatnya yaitu akal pikiran, menjadi merasa jumawa, merasa bisa melakukan semuanya tanpa ada keterkaitan Allah Tuhan Yang Maha Esa. Rasa jumawa manusia yang merasa tinggi dari Tuhan itulah mungkin menjadi penyebab hancurnya suatu negeri bahkan suatu peradaban.
Telah kita saksikan dengan seksama penderitaan-penderitaan yang dialami bangsa Indonesia itu seakan menjadi suatu persoalan-persoalan yang tidak memberikan penyelesaian masalah, malah menambah permaslahan. Coba kita semua renungkan kesalahan apa yang membuat persoalan permasalahan itu semakin sulit untuk dihadapi? Mungkin bangsa Indonesia hanyalah sebuah bangsa yang bersekte-sekte tidak lagi mengedepankan persatuan dan kesatuan, padahal dengan lisan kita semua telah mengikrarkan Persatuan Indonesia.
Kita ambil contoh penanganan pandemic Covid-19 di Indonesia, banyak terjadi sesuatu yang tidak sesuai faktanya. Kita tidak bisa menyalahkan satu object persoalan saja misalkan Pemerintah, meskipun memang persoalan terbesar diakibatkan oleh pemegang otoritas. Tetapi tetap saja kita itu sebagai suatu bangsa tidak bisa Rakyat menyalahkan pemerintah, atau sebaliknya pemerintah menyalahkan rakyat dalam persoalan apapun, bukan hanya permasalahan yang terkait pandemic.
Maka sudah seharusnya mengaplikasikan Persatuan Indonesia, tidak hanya disebutkan dengan lisan akan tetapi harus dengan perbuatan. Mulailah benahi perbadaan yang ada untuk menuju persatuan, jika berbeda dalam pandangan maka diskusikan suatu perbedaan pandangan tersebut, jangan hanya mampu menghakimi tanpa memberikan solusi, percuma melakukan suatu yang saling hakim-menghakimi akan tetapi tidak memecahkan solusi, bangsa ini membutuhkan sebuah solusi untuk segera berdiri menjadi bangsa yang tangguh, bukan menjadi bangsa rebahan.
(B_yk)
C.24.01.2021.Rb