Ilustrasi |
Bismillahirahmanirahim...
Assallamua'alaikum.wr.wb
Sahabat yang Budiman (Berbudi dan Beriman) semoga dimanapun kalian berada selalu dalam lindungan Allah Tuhan Yang Maha Kuasa, Dalam lindungan serta pertolongan-Nya.
Pada kesempatan waktu kali ini, Alhamdulillah. Masih bisa menyapa kalian meski dengan sedikit tulisan yang semoga tulisan ini dapat memberikan manfaat serta tersampaikan maksud dan tujuan saya menyapa kalian dengan tulisan, tulisan yang bersumber dari diri saya memang jauh dari kesempurnaan, akan tetapi kesempurnaan hanyalah milik Allah Tuhan Yang Maha Kuasa.
Judul dalam tulisan ini memang pembahasannya cukup berat, akan tetapi saya merendahkan diri dihadapan Allah Ta'ala, dan semoga Allah memberikan keringanan dan kemudahan kepada saya untuk mencoba menuliskannya. Kita di dunia telah terlahir sebagai makhluk yang memiliki kelebihan tersendiri dibandingkan makhluk-makhluk Allah yang lain, akan tetapi bukan berarti merendahkan mahkluk lain. Semua makhluk sejatinya memilki keistimewaannya sendiri-sendiri, seperti halnya kita melihat seekor semut, mungkin jika kita menilai hanya dengan penglihatan mata semut itu seekor binatang yang kecil bahkan jika ada seekor semut yang berada di ranting pohon kemudia semut itu tertiup hembusan angin semut itu akan terbang terbawa angin, namun pernahkah kita perhatikan dengan seksama bahwa seekor semut merupakan makhluk kuat yang mampu mengangkat sesuatu yang lebih besar dua kali dari bentuk tubuhnya.
Maka sebagai manusia yang diberikan akal pikiran dan qolbu, serta panca indra seharusnya kita tidak berlaku jumawah, sebagaimana kutipan dalam Qur'an Surat Al-Isra Ayat 37 : "Dan janganlah engkau berjalan di bumi ini dengan sombong, karena sesungguhnya engkau tidak akan menembus bumi dan tidak akan mampu menjulang setinggi gunung" maka sehebat apapun manusia dengan peradabannya jangan sampai merasa berbangga diri, dan selalu ingat bahwa semua itu hanya semata-mata karena ada campur tangan Tuhan di dalamnya, maka rendahkanlah diri sebagai manusia dihadapan pemilik serta penguasa langit dan bumi. Jangan pernah merasa lebih hebat terhadap makhluk lain ataupun terhadap manusia lain, Allah telah menegur umat manusia dengan firmannya : "Dan janganlah kamu memalingkan wajah dari manusia (lantaran sombong), dan janganlah berjalan di bumi dengan angkuh. Sungguh Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membanggakan diri" (Q.S Surat Luqman Ayat 18)
Sahabat yang budiman, sejenak saya ingin bertanya kepada sahabat pembaca tulisan ini. Pernahkah kita merenungkan sebentar saja, bahwa untuk apa kita hidup di muka bumi ini? Apa tujuan Allah menghidupkan kita semua di muka bumi? Apakah kita hidup hanya sebatas hidup lahir, tumbuh, berkembang biak dan mati. Apakah hanya sebagatas itu sajakah tujuan hidup kita manusia di muka bumi ini?
Lalu jika hanya demikian itu tujuan hidup manusia yang sekedar lahir, makan, minum, berkembang biak, lalu mati. Lantas untuk apa akal kita, untuk apa panca indar yang kita manusia miliki, lalu jika begitu berarti semua manusia hanya sekedar memahami tujuan hanya sebatas lahir, tumbuh, makan, minum berkembang biak lalu meninggalkan dunia yang fana ini. Apakah hanya sebatas itu hakikat kita sebagai manusia?
Tentu tidak bukan, lalu sebenarnya apa hakikat tujuan hidup manusia?
Tuhan tentu memiliki maksud mengapa kita diberikan kesempatan hidup di dunia ini, untuk itu saya akan mengajak sahabat sekalian mencarikan jawabanya. Sejak pertama kali Tuhan hendak menciptakan manusia sebenarnya Tuhan sudah memiliki rencana, yakni dijadikannya manusia sebagai pemelihara dan penjaga bumi dari kerusakan, atau dalam redaksi sesuai dengan Firman Allah sebagai Khalifah (Pemimpin/Pemelihara). Sebagaimana yang diterangkan Al-Quran surat Al-Baqarah ayat 30 "Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, "Aku hendak menjadikan khalifah di muka bumi." Mereka (Malaikat) berkata, "Apakah Engkau hendak menciptakan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?" Dan Dia (Allah) berfirman, "Sungguh, Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.''
Kita semua sudah mengetahui bahwa manusia pertama yang Tuhan ciptakan adalah Nabi Adam dan orang kedua yang Allah ciptakan adalah Siti Hawa sekaligus sebagai istri Nabi Adam. Karena sebab Allah telah menciptakan manusia itu dilengkapi dengan akal pikiran, panca indra dan qolbu, maka Allah juga mengajarkan kepada manusia tentang nama-nama benda yang ada, sebagaimana Allah berfirman, "Dan Dia (Allah) ajarkan kepada Adam nama-nama (benda) semuanya, kemudia Dia (Allah) perlihatkan (Semua benda) kepada para malaikat seraya berfirman, "Sebutkan kepada-Ku nama semua (benda) ini, jika kamu yang benar!" (Qs. Al-Baqarah : 31)
Tuhan memperlihatkan semua benda-benda itu kepada para malaikat akan tetapi para malaikat tidak mengetahui nama-nama benda tersebut, sebagaimana Allah berfirman : " Mereka (Para Malaikat) menjawab, "Maha suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami. Sungguh, Engkaulah Yang Maha Mengetahui, Maha Bijaksana" (Qs. Baqarah : 32)
Maka Allah menyuruh untuk menyampaikan nama-nama itu dihadapan para malaikat dan juga Iblis, Allah berfirman : "Wahai Adam! beritahukanlah kepada mereka nama-nama itu!" Setelah dia (Adam) menyebutkan nama-namanya, Dia (Allah) berfirman, "Bukankah Aku telah katakan kepadamu bahwa Aku mengetahui rahasia langit dan bumi dan Aku mengetahui apa yang kamu nyatakan dan apa yang kamu sembunyikan?"
Kemudian Allah memerintahkan kepada para malaikat dan iblis itu untuk bersujud kepada Adam, tapi yang bersujud hanyalah para malaikat dan Iblis enggan untuk bersujud. Padahal Allah hendak menguji kesetiaan para malaikat dan iblis dengan memerintahkan mereka untuk bersujud bukan berarti bersujud untuk menyembah akan tetapi bersujud sebagai penghormatan dan permohonan maaf atas sesuatu yang membuat mereka waswas ketika Allah hendak menciptakan manusia. Hal ini diungkapkan dalam Al-Quran Surat Al-Baqarah ayat 34 : "Dan (ingatlah) ketika kami berfirman kepada para malaikat, "Sujudlah kamu kepada Adam!" Maka merekapun sujud kecuali Iblis. Ia menolak dan menyombongkan diri dan ia termasuk golongan yang kafir."
Selanjutnya Allah memerintahkan manusia permulaan yakni Nabi Adam dan Siti Hawa untuk tinggal di dalam surga, dan Allah memerintahkan kepada keduanya untuk tidak mendekati pohon buah khuldi, lalu syaiton memperdaya keduanya untuk mendekati pohon buah khuldi dan keduanya memakan buah yang ada pada pohon tersebut, sehingga Allah menurnkan keduanya Nabi Adam dan Siti Hawa ke Bumi, maka Nabi Adam menyesali perbuatanya selama di bumi dan menerima beberapa kalimat petunjuk dari Tuhannya sehingga ia diterima tobatnya. Dalam Al-Quran Surat Al-Baqarah ayat 35-37 :
"Dan kami berfirman, "Wahai Adam! Tinggalah engkau dan istrimu di dalam surga dan makanlah dengan nikmat (berbagai makanan) yang ada di sana sesukamu. (Tetapi) janganlah kamu dekati pohon ini, nanti kamu termasuk orang-orang yang zalim!"
"Lalu, setan memperdaya keduanya dari surga sehingga keduannya dikeluarkan dari surga (segala kenikmatan) ketika keduannya di sana (surga). dan Kami (Allah) berfirman, "Turunlah kamu! Sebagian kamu menjadi musuh bagi yang lain. Dan bagi kamu ada tempat tinggal dan kesenangan di bumi sampai waktu yang ditentukan."
"Kemudian Adam menerima beberapa kelimat dari Tuhannya, lalu Dia (Allah) pun menerima tobatnya. Sungguh, Allah Maha Penerima Tobat, Maha Penyayang." (Qs. 2 : 35-37)
Dari pelajaran kisah penciptaan manusia pertama yakni Nabi Adam dan istrinya Hawa, maka kita dapat mengambil beberapa hikmah pelajaran yang bisa dipetik terkait apa hakikat kita sebagai manusia di muka bumi ini. Pada dasarnya makhluk-makhluk Allah yang ada di langit dan di bumi semuanya disuruh tunduk dan patuh terhadap perintah-perintah Allah, sehingga barangsiapa makhluk Allah yang tidak tunduk dan patuh terhadap perintah Allah maka termasuk kedalam golongan yang kafir.
Sudah jelas pulalah tujuan manusia di muka bumi ini sebagai Khalifah (Pemelihara) bumi dari kerusakan dan kebinasaan, sehingga barangsiapa yang membuat kerusakan di atas muka bumi termasuk kedalam orang-orang yang zalim.
Allah menegaskan untuk apa manusia diciptakan yaitu semata-mata hanya untuk patuh dan tunduk kepada apa yang diperintahkan Allah dan menjauhi segala apa yang dilarang Allah, lebis jelasnya baik manusia maupun jin diciptakan hanyalah untuk beribadah kepada Allah semata. Allah berfiman : "Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada Ku" (Qs. Az-Zariyat ayat 56)
Maka sudah terang benderanglah apa hakikat tujuan hidup manusia di muka bumi ini, yakni hanya semata-mata untuk patuh terhadap segala perintah Allah dan menjauhi segala larangan-larangan Allah, itulah makna dari ketaqwaan dalam beribadah kepada Allah.
"Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benarnya Takwa kepada-Nya dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan berserah diri." (Qs. Al-Imran :102)
Mungkin itu saja apa yang bisa saya tuliskan dalam kesempatan ini, kurang lebihnya mohon maaf, dan apabila ada kesalahan itu murni dari saya sendiri dan kebenaran hanyalah milik Allah semata.
Walahuálam bisawab...
0 Response to "Hakikat Tujuan Hidup Manusia"
Post a Comment