8 Periode Perkembangan Gaya Arsitektur Indonesia

Daftar Isi

Bameswarablogs.com -- Indonesia merupakan suatu Negara kepulauan (Nusantara) yang memiliki berbagai keunikan serta keindahan bukan hanya sumber daya alam, sumber daya manusia, keaneka ragaman suku, agama, dan budaya. Ternyata juga memiliki gaya arsitektur yang menjadi suatu landmark icon bangsa Indonesia.

(Foto Atlas Nasional : Candiborobuddur)

Pendahulu bangsa Indonesia sertidaknya sejak zaman dahulu telah mengenal ilmu arsitektur menandakan bahwa bangsa Indonesia memiliki sebuah peninggalan peradaban yang tidak bisa begitu saja kita lupakan, peninggalan peradaban arsitektur Indonesia merupakan wajah dari cerminan kepribadian bangsa Indonesia yang unik, kreatif, berpengetahuan serta memiliki jiwa seni yang tinggi.

Perkembangan arsitektur Indonesia itulah menjadi sebuah magnet bagi penelitian bidang keilmuan purbakala arkeologi, arstronomi, arsitektur, dan keilmuan lainnya yang mengandung filosofi tersendiri mengejawantahkan suatu kekayaan nusantara yang sekarang eksistensinya telah berganti nama menjadi Indonesia.

Transformasi arsitektur di nusantara itulah yang ingin Bameswarablogs sajikan pada pembaca sekalian, untuk menambah wawasan pengetahuan serta diharapkan bisa menjadi sebuah motivasi kebangsaan untuk selalu turut serta menjaga dan melesatarikan peninggalan peradaban di Nusantara khususnya peninggalan situs bangunan kuno yang menyimbolkan perkembangan gaya arsitektur Indonesia.

Terdapat beberapa fase atau masa perkembangan gaya arsitektur di Nusantara itu, terbagi menjadi beberapa masa diawali dengan sebuah perkembangan arsitekur pra sejarah di Indonesia, meski pengetahuan manusia pra sejarah di Indonesia itu belum mengetahu begitu banyak ilmu pembangunan, akan tetapi itu merupakan titik tolak yang melatar belakangi berkembangnya pengetahuan ilmu arsitektur di Indonesia.

Para ahli arkeologi membagi manusia pra sejarah menjadi dua kelompok masa priode, pertama zaman batu dan zaman logam, pembagian priode masa manusia pra sejarah tersebut di dasari oleh ditemukannya benda hasil kebudayaan manusia pra sejara (manusia purba), fosil, dan artefak.

 

1. Perkembangan Gaya Arsitektur Pra Sejarah Zaman Batu


Dalam masa perkembangan zaman batu manusia memiliki kebiasaan hidup nomaden (berpindah dari satu tempat ke tempat lain) tidak bermukim, peralatan yang digunakannya masih berupa pesawat sederhana yang terbuat dari bahan batu.

Para ahli arkeologi memperkirakan zaman batu berlangsung sekitar ratusan ribu tahun lamanya, perkiraan fase perkembangan zaman batu itu para ahli membaginya menjadi beberapa fase diantaranya priode zaman batu tua (Palelolitikum), zaman batu pertengahan (Mesolitikum), zaman batu muda (Neolitikum), dan zaman batu besar (Megalitikum).

1.a. Palelolitikum (berlangsung sekitar 600.000 tahun yang lalu)

Pada zaman batu tua manusia pra sejarah hidup dalam situasi yang masih sangat minim untuk bisa bertahan hidup manusia palelotikum sangat tergantung dengan keadaan alam, belum mengerti bagaimana cara bercocok tanam, sehingga kebiasaan mereka hanya mengumpulkan bahan makanan dari alam bebas untuk dikonsumsi saat itu juga, disebut sebagai food gathering.

Manusia palelotikum sudah mengenal bagaimana cara berburu, peralatan yang digunakan sebagai alat berburu adalah batu-batu yang diruncingkan untuk menangkap hewan buruan, kebiasaanya berpindah-pindah selalu mencari dimana wilayah yang masih terdapat persediaan makanan dan buruan.

Bukti keberadaan manusia palelolitikum adalah ditemukannya manusia purba sekitar abad ke 19 sampai abad ke 20 di Pulau Jawa, untuk menunjukan eksistensi keberadaan manusia purba itu diberi penamaan misalnya Paleojavanicus, Pithecanthropus Robustus, Pithecanthropus Mojokertensis, Pithecanthropus Erectus, Homo Soloensis, dan Homo Wajakensis.

Bukti kebudayaan yang telah ditemukan manusia palelotikum terdapat di daerah Pacitan, Jawa Timur dan daerah Ngandong. Benda yang berhasil ditemukan di Pacitan sebuah kapak penetak dan kapak perimbas. Di Ngandong ditemukan peralatan batu, tulang binatang, tanduk rusa, dan flake.

Dari penemuan tersebut bisa diperkirakan manusia purba saat itu menggunakan kapak untuk memotong ranting pohon, memotong hewan buruan, dan digunakan sebagai alat perlindungan diri dari serangan hewan buas.

 1.b. Mesolitikum (berlangsung sekitar 400.000 tahun yang lalu)

Zaman batu muda atau disebut juga sebagai zaman batu madya manusia pra sejarah sudah tidak semuanya nomaden, melainkan sudah berubah menjadi kebiasaan semi-nomaden. Pada fase ini manusia purba sudah mengenal tempat tinggal berupa goa-goa yang dijadikan tempat bermukim, tapi sebagian lagi masih melakukan kebiasaan nomaden.

Inilah masa awal manusia mengenal tempat menetap itu artinya dimulailah ilmu arsitektur purba, tempat tinggal mereka diperkirakan menempati goa-goa yang dijadikan tempat bermukim sementara selama pasokan persedian makanan di wilayah yang ditinggali masih ada, baru jika persediaan makanan sulit ditemukan mereka berpindah mencari goa lain.

Tersebab manusia di masa Mesolitikum sudah mengenal tempat menetap, mereka juga berpikir untuk bagaimana menghasilkan makanan dengan cara bercocok tanam, meski kebiasaan food gathering masih tetap dilakukan, mulai terbentuklah kelompok atau organisasi social serta system pembagian kerja pada setiap masing-masing manusia dalam kelompoknya.

Manusia mesolitikum berasal dari beberapa campuran bangsa pendatang dari wilayah Asia, misalnya Suku Irian, Suku Sakai, Suku Atcha, Suku Amborigin, dan Suku Semang. Sebuah peninggalan kebudayaan yang sangat penomenal masa Zaman Mesolitikum adalah Kjokkenmoddinger, diperekirakan oleh para ahli arkeolog merupakan sisa tumpukan sampah dapur berupa kulit siput dan kerang yang di temukan sepanjang pantai Timur Sumatra.

Benda peninggalan lain yang ditemukan oleh para ahli diantaranya kapak genggam (pebble), dan kapak pendeng berbentuk bujur setengah lingkaran. Serta ditemukan juga lukisan simbolik di dinding gua, dan hasil temuan di gua-gua lainnya disebut dengan arbis sous roche.

1.c. Neolitikum (berlangsung sekitar 200.000 tahun yang lalu, sekitar abad 2000 SM)

Pada masa pra sejara zaman batu muda manusia purba sudah menyempurnakan peralatan dari batu tersebut dengan cara dihaluskan dan dibuat bentuk menjadi lebih baik. Masa ini merupakan dimulainya kehidupan menetap.

Kebiasaan nomaden, sudah bergeser menjadi menetap dalam gua-gua, adapun foot gathering sudah berubah menjadi Food Producting menghasilkan produksi makanan dengan cara berternak dan bercocok tanam.

Manusia Neolitikum juga diperkirkan mulai mengenal yang namanya system bertukar hasil produksi dengan cara barter, itulah awal terbentuknya ilmu pengetahuan dasar tentang ekonomi atau perdagangan, walaupun masih dalam tingkat pemahaman yang sangat sederhana.

Masayarakat Neolitikum merupakan awal manusia mengenal seni berbentuk kerajinan, awal dari terbentuknya pemahaman manusia akan tempat tinggal yang nantinya disebut sebagai ilmu Arsitektur, awal peradaban manusia mempercayai tentang ruh, dan melakukan pemujaan.

Manusia pendukung kebudayaan Neolitikum merupakan Manusia Proto Melayu yang diperkirakan eksis sekitar 2000 SM, di Nusantara sendiri seperti Suku Nias, Suku Sasak, Suku Toraja, dan Suku Dayak.

Benda-benda yang ditemukan pada zama batu muda alat batunya lebih memiliki nilai seni karena telah dihaluskan serta dipertajam, barang-barang itu diantaranya kapak lonjong, kapak bahu, kapak persegi, dan kerajinan berupa tembikar.

1.d. Megalitikum

Zaman batu besar  sudah memiliki perkembangan gaya arsitektur yang lebih baik dari priode masa sebelumnya, dimana manusia purba Megalitikum mulai mebentuk bangunan menggunakan batu-batu besar, mengenal cara memahat, serta bercocok tanam.

Masyarakat Megalitikum hidup menetap di tempat tinggal yang mereka bangun, serta mencukupi kehidupan dengan bertani, berternak, melaut, dan membuat kerajinan berupah grabah. Selain menetap mereka juga melakukan pemujaan terhadap ruh nenek moyang, dengan memberikan sesajen dan persembahan pada Ruh Nenek Moyang, seperti itulah kepercayaan mereka dengan membuat bangunan tertentu kuil untuk tempat peribadatan.

Barang yang ditemukan dari peninggalan pirode Megalitikum berupa menhir, dolmen, sarkofagus, kuburan batu, punden berundak, dan arca.

Situs yang menjadi symbol adanya peradaban gaya arsitektu ini adalah situs Gunung Padang yang ditemukan sekitar abad ke 20.

 

2. Perkembangan Gaya Arsitektur Pra Sejarah Zaman Logam

Pada priode masa perkembangan gaya arsitektur zaman logam, tidandai dengan hadirnya ornamen-ornamen peralatan rumah tangga yang terbuat dari bahan dasar logam seperti tembaga, timah, perunggu, dan besi.

Zaman logam merupakan kemajuan peradaban teknologi manusia dari yang sebelumnya hanya menjadikan batu sebagai alat pesawat sederhana, diganti menjadi berbahan dasar logam. Zaman logam sendiri terjadi sekitar tahun 3000 SM sampai dengan 1200 SM.

Masuknya era zaman logam ke Nusantara dibawa oleh masyarakat kawasan Asia Tenggara tepatnya dari Dongson (Vietnam), kemudian pendatang dari Asia Tenggara tersebut mermukim di Nusantara disebutlah mereka sebagai Masyarakat Melayu Muda dan Deutro Melayu,

Tujuan mereka memasuki kawasan Nusantara memberikan corak kebudayaan baru berupa pembuatan kerajinan berbahan dasar logam, yang mana di Nusantara sendiri sudah terdapat berbagai jenis bahan dasar logam yang sangat berlimpah.

Selain dari perkembangan majunya kerajinan logam, masyarakat zaman logam juga telah menguasai berbagai cara pengelolaan lahan pertanian untuk dijadikan sebagai sumber penghidupan.

Masyarakat di zaman logam juga mulai mengembangkan teknologi pembuatan rumah berbahan dasar batu bata, yang menjadi suatu awal peradaban seni mendirikan bangunan, mulai dari tempat peribadatan, istana kerajaan, dinding pertahanan di Nusantara.

Priode zaman logam menurut para ahli kepurbakalaan itu terbagi menjadi tiga fase diantaranya, Zaman tembaga, zaman  perunggu, dan zaman besi.

 

2.a. Zaman tembaga berserta peninggalannya

Secara historis peninggalan yang menjadi bukti zaman tembaga sepertinya belum ditemukan di Indonesia, sehingga bisa ditarik kesimpulan bahwa di Indonesia tidak mengalami zaman tembaga. Zaman tembaga bukti peninggalannya banyak ditemukan di wilayah eropa berupa kapak tembaga yang telah digunakan sejak 7500 tahun silam.

Zaman tembaga juga telah terjadi dibeberapa Negara tetangga seperti Malaysia, Thailand, Kamboja, dan Vietnam.

 

2.b. Zaman Perunggu beserta peninggalannya

Zaman perunggu merupakan suatu zaman yang manusianya telah mengenal perunggu untuk dijadikan suatu kerajinan, alat, senjata, dan peralatan rumah tangga. Adapun perunggu merupakan suatu logam yang lebih keras dibandingkan dengan tembaga. Zaman ini disebut juga dengan sebutan Donsong-Tongkin China.

Peninggalan historis dari zaman perunggu ditemukan di Indonesia seperti, Candrasa, Kapak Corong, Nekara, Bejana perunggu, Moko, dan Arca perunggu.

 

2.c. Zaman Besi beserta peninggalannya

Zaman besi di Nusantara merupakan sebuah teknologi logam yang dibilang paling sempurna di zamannya, selain kualitas pasir besi dari Indonesia yang sangat baik juga didukung para pandai besi yang memiliki keahlian yang khas. Besi sendiri merupakan logam yang lebih keras dari pada tembaga maupun perunggu.

Peninggalan zaman besi di Indonesia ditemukan beberapa benda historis seperti Mata Kapak, Mata Pisau, Mata Sabit, Cangkul.

3. Perkembangan Gaya Arsitektur Vernakular Nusantara (Tradisional)

(Foto : Travelinkinfo)

Perkembangan gaya arsitektur vernacular atau gaya arsitektur tradisional Indonesia berkembang di daerah-daerah Indonesia, setiap daerah memiliki ciri khas gaya arsitekturnya masing-masing itulah yang menjadi salah satu kekayaan gaya arsitektur di Indonesia. Jika membicarakan keberagaman di Indonesia tentu tidak akan pernah ada habisnya, dimana Indonesia memilik beragam entnis, suku, budaya, dan agama yang berbeda-beda tetapi tetap satu dalam balutan Bhineka Tunggal Ika, sama halnya berbagai rumah adat tradisional di Indonesia memiliki berbagai macam nama ada Rumah Gadang, Rumah Honai, Rumah Limas, Rumah Joglo, Rumah Betang, Rumah Toraja, dan masih banyak lagi, yang semua itu sejatinya merupakan satu milik bangsa Indonesia.

 

4. Perkembangan Gaya Arsitektur Hindu-Buddha di Indonesia

Corak wajah gaya arsitektur selanjutnya merupakan masuknya akulturasi budaya keagamaan masa Hindu-Buddha di Indonesia, terlihat dari beberapa peninggalan sejarah bangsa Indonesia berupa Candi, Pura, Patung Buddha, Relief. Ukiran relief yang terdapat di Candi Borobuddur misalnya menggambarkan makna simbolik filosofis keagungan darma keagamaan yang syarat makna serta pelajaran hidup. Selain Candi Borobuddur terdapat juga candi mendut, dan candi perambanan.

5. Perkembangan Gaya Arsitektur Islam di Indonesia


Perkembangan gaya arsitektur Islam berawal dari berhasilnya kerajaan Demak bintaro yang Berjaya, sehingga membangun masjid-masjid dengan keunikan khas akulturasi antara gaya arsitektur tradisional dengan beberapa gaya arsitektur lainnya, misalnya seperti pada masjid Agung Demak itu merupakan gabungan gaya arsitektur tradisional dengan gaya arsitektur hindu sehingga memberikan corak yang berbeda, masjid-masjid lainnya seperti masjid Agung Sunan Gunung Jati, Cirebon. Masjid Keraton Kaepuhan, Cirebon, dan masih banyak lagi peninggalan masjid-masjid yang ada di Indonesia yang menggambarkan corak kebudayaan gaya arsitektur islam di Indonesia.

 

6. Perkembangan Gaya Arsitektur Hindia Belanda (Kolonial) di Indonesia

Perkembangan Gaya Arsitektur Hindia Belanda tidak bisa dipungkiri Indonesia pernah dijajah lama oleh Bangsa Belanda, oleh sebab itu pemerintahan Hindia-Belanda mempengaruhi gaya arsitektur asli nusantara ke dalam gaya arsitektur colonial, pemerintahan Hindia-Belanda membangun gedung-gedung, jalan, benteng pertahanan dsb.

Gaya Arsitektur Hindia-Belanda ini diperkenalkan pada sekitar abad 18. Ketika Gubernur Jendral William Daendels memerintah Hindia-Belanda 3,5 Tahun sekitar (1808-1811). Sebelumnya gaya arsitektur yang beredar merupakan gaya arsitektur bangsawan jawa, dengan teras lebar dengan memiliki pendopo di depannya.

Namun Daendels merintis pembangunan bercorak ‘Empire’ Perancis dari Eropa, bangunan yang berhasil dibangun pada masa kepemimpinannya adalah pembangunan Gedung Govermen Hotel terletak di Batavia atau sekarang Jakarta.

Pengaruh Deandels itulah yang pada akhirnya diteruskan sampai pada Abad 19, meskipun pembangunan Gedung Govermen Hotel tidak sampai rambung keburu Deandels diganti Gubernur Gubernur Jendral Du Bus de Gisignies pada th. 1828, sekaligus merampungkannya.

 

7. Perkembangan Gaya Arsitektur Konteporer di Indonesia

Setelah di bacakannya Teks Proklamasi Kemerdekaan mulailah Indonesia berbenah diri mengadopsi Gaya Arsitektur Konteporer, karena masih minimnya anggaran pembangunan juga menyesuaikan dengan keadaan Indonesia yang baru merdeka, berulah setalah Indonesia memiliki kekuatan Pemerintah Indonesia mulai mengadakan pembangunan baik itu gedung pemerintahan, gor olah raga, hingga pengadaan sayaembara untuk membangun Masjid di dekat monument Nasional, Masjid itu yang kita kenal sekarang dengan sebutan Masjid Istiqlal merupakan masjid terbesar di Asia Tenggara.

 

8. Perkembangan Gaya Arsitektur Modern di Indonesia

Hingga saat ini wajah perkembangan arsitektur di Indonesia mengalami perkembangan yang sangat pesat salah satunya gaya modern, yang mengedepankan hunian yang nyaman dengan lahan terbatas (Minimalis). Dan gaya modern yang dibangun dilahan yang luas (Maksimalis).

Perkembangan wajah arsitektur di Indonesia itulah yang terus berkembang hingga saat ini, baik gaya arsitektur tradisional hingga saat ini masih sering di jumpai pembangunannya, sampai gaya arsitektur modern, arsitektur terapan konteporer, arsitektur empire, bahkan gaya-gaya arsitektur eropa maupun timur tengah bisa dijumpai di Indonesia.

 

 Referensi :

 

Ditulis Oleh : Bameswara

Editor           : Bameswara

 

Related Posts:

0 Response to "8 Periode Perkembangan Gaya Arsitektur Indonesia"

Post a Comment