Setelah beberapa tahun belakangan ini semua manusia dihadapkan dengan suatu penomena yang terjadi di seluruh dunia dengan kemunculan wabah pandemi, peristiwa ini memang tak ayalnya hanyalah sebuah penomena alam, terjadinya suatu penyakit, terjadinya suatu bencana dan sebagainya itu termasuk dari penomena alam.
Sebagai seorang yang bijak tentunya kita harus menghadapinya dengan sebuah kesabaran, serta tidak berpangku tangan hanya meratapi sebuah penomena yang telah terjadi, sejak tahun 2019 akhir, hingga tahun 2022 ingar bingar intrik-intrik terkait isu pademi ini belum juga usai dari permukaan bumi.
Lantas dalam waktu selama itu kurang lebih hampir dua tahun, pelajaran apa yang bisa kita petik dan hikmah-hikmah apa yang bisa kita ambil dari peristiwa pandemi?
Sebenarnya kita patut bersyukur dengan terjadinya penomena semacam wabah yang menimpa seluruh dunia, karena dengan penomena semacam ini kita dituntut untuk menjadi manusia-manusia tangguh dalam segala keadaan, dituntut menjadi manusia yang memiliki kesabaran diatas kesabaran, coba bayangkan apabila dalam hidup kita mulus-mulus saja, normal-normal saja tanpa menghadapi suatu persoalan-persoalan yang terjadi tentunya kita tidak akan pernah bisa belajar tentang keseimbangan.
Albert Einstein pernah berkata, "Seseorang untuk dapat meraih keseimbangan, itu harus terus bergerak. Ibaratnya seseorang yang menaiki sepeda agar tidak terjatuh ia harus terus mengayuh sepedanya untuk menjaga keseimbangan."
Pada analogi yang dijelaskan oleh Einstein tersebut kita bisa menangkap dengan nalar yang sederhana, coba bayangkan saat seseorang menaiki sepeda lalu seseorang tersebut tidak menggerakannya, secara otomatis sepeda tersebut tidak akan pernah bisa dapat berdiri kecuali dengan penyanggah berupa kaki atau standar sepeda yang terpasang. Dan seandainya pedal sepeda dikayuh otomatis sepeda tersebut akan bergerak serta bagaimana jadinya jika pada saat seseorang menaiki sepeda kemudian ia tidak pernah lagi menggerakan kakinya untuk mengayuh sepeda otomatis sepeda yang ditungganginya akan terjatuh karena kehilangan keseimbangan.
Semua pasti setuju dengan analogi tersebut? Tentunya pasti setuju, karena itu bagian dari teory fisika tentang keseimbangan, dimana manusia itu sendiri merupakan objek dari alam semesta serta ilmu fisika merupakan ilmu yang mempelajari tentang alam semesta termasuk objek di dalamnya berupa manusia.
Dalam hidup perlu sebuah keseimbangan teory-teory keseimbangan sebenarnya bukan hanya bisa dipelajari dari fisika, dalam ilmu statis atau mekanika juga dipelajari tentang teory keseimbangan. Jika Anda pernah mendengar tentang teori Yin dan Yang dalam pemahaman taoisme juga mempelajari keseimbangan, begitu juga saat mempelajari karakteristik sifat manusia, manusia memiliki sebuah dua sifat karakter yaitu baik dan buruk, meskipun pada dasarnya semua manusia mengklaim dirinya sendiri baik.
Saat kita mempelajari diri kita sendiri sebenarnya itu sama halnya saat kita sedang mempelajari fisika, dimana objeknya berupa diri kita sendiri yang memiliki sifat fisikis, dan susunan fisikis itu bisa dipelajari misalnya anggota tubuh, mata, tangan, dsb.
Bagaimana jadinya apabila Newton tidak mempelajari tentang dirinya sendiri saat meneliti suatu peristiwa yang berkaitan dengan cahaya, dia bereksperimen bahkan menggunakan matanya sendiri untuk dapat menjelaskan penomen yang terjadi pada cahaya. Itu merupakan sesuatu yang luarbiasa, karena apabila Newton tidak mempelajari dirinya sendiri tentunya kita semua tidak akan dapat mempelajari "penomena warna" pada cahaya.
Jika penasaran kisah Newton dengan Cahaya, mari kita singgung sedikit kisahnya. Jadi ketika Newton berusia sekitar 25 tahun, dia membeli suatu alat berupa prisma segitiga untuk dapat mempelajari tentang 'penomena warna'. Dan pada saat itulah dia pertama kali mendeskripsikan efek dari cahaya putih yang terbagi/terpecah menjadi spektrum. Newton melihat bahwa walaupun cahaya masuk melalui lubang kecil, sepktrum yang dihasilkan memanjang, dengan ujung biru spektrum lebih bengkok dari ujung merah. Deskripsi inilah yang kemudian akan sangat mempengaruhi perkembangan teleskop dan ilmu spektroskop.
Kita kembali ke persoalan tentang peristiwa yang telah terjadi, penomena yang terjadi berupa pandemi sebenarnya bisa jadi sebuah tanda tentang titik awal perubahan besar, yang mana manusia sudah harus bisa mencermati penomena ini sebagai sebuah bentuk pembelajaran ke arah perubahan besar tersebut, mau tidak mau manusia harus dituntut untuk menghadapi penomena besar yang akan terjadi, pandemi hanyalah sebuah titik awal latihan manusia agar menjadi lebih kuat dalam segala situasi dan kondisi.
Dalam tulisan ini penulis tidak sedang membahas tentang teory konspirasi, tetapi mencoba membahas penomena-penomena yang sedang terjadi belakangan ini di permukaan bumi, coba kita lihat penomena apa yang sedang hangat atau baru-baru ini terjadi?
Selain pandemi sebenarnya banyak peristiwa-peristiwa yang terjadi, tapi coba lihat peristiwa apa yang sedang menjadi pembicaraan hangat bahkan menjadi tranding topik dunia dewasa ini. Sebenarnya penulis tidak ingin menyinggung terkait peristiwa ini, karena dimana kita tentunya sebagai penduduk bumi selalu menginginkan terciptanya kedamaian dan ketentraman.
Peristiwa yang terjadi tersebut sebenarnya bukan sesuatu yang bisa dipandang biasa-biasa saja, akan tetapi sesuatu yang bisa dibilang besar. Tapi tidak ingin menyinggung lebih jauh tentang penomena tersebut, tentunya karena itu bukan menjadi suatu urusan kita, disini karena penulis menggunakan bahasa Indonesia maka harus menghormati hukum internasional yang dianut Indonesia yakni bebas dan aktif yang berarti bebas untuk menentukan langkah dan aktif untuk menolak ataupun menerima sesuatu yang masuk dari luar.
Menyoroti peristiwa tersebut, kita analogikan dalam kehidupan sehari-hari kita, misalnya kita manusia hidup tentu selalu berinteraksi dengan orang lain karena manusia merupakan makhluk sosial, tapi adakalanya manusia juga sebagai makhluk individu. Oke, kita mulai masuk pada pembahasan individu, manusia sebagai individu tentunya memiliki privasi dimana privasi itu tidak boleh diganggu oleh orang lain apalagi diceritakan pada orang lain.
Contoh ilustrasinya tentang privasi seperti ini : Seseorang yang memiliki sebuah kamar, dia melakukan segala macam bentuk kegiatan privasinya disitu, kemudian orang lain hendak mengorek atau memberitahukan segala kegiatan yang seseorang dalam kamar tersebut lakukan. Tentunya menurut norma kesopanan itu termasuk kedalam tindakan yang tidak sopan, apalagi jika hal itu dilakukan tanpa seizin pemiliknya, setuju bukan? jika Anda memiliki privasi lalu privasi tersebut diberitahukan pada orang lain tentu Anda akan marah, hal semacam itu manusiawi.
Jadi peristiwa yang terjadi sebenarnya berkaitan erat dengan privasi, privasi seseorang tersebutlah yang seharusnya tidak boleh diganggu, maka dari itulah sebaiknya kita juga bertindak sesuai dengan norma atau yang kita sebut sebagai etika kesopanan. Jalan satu-satunya tidak perlu memilih ikut terlibat di dalamnya, biarkanlah pemilik privasi masing-masing yang menyelesaikan masalah privasinya.
Namun, sebagai manusia tentunya kita menginginkan ketentraman, kedamaian tercipta di atas muka bumi, karena pada dasarnya kemerdekaan ialah hak segala bangsa, maka segala bentuk penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan pri kemanusiaan dan pri keadilan.
Intinya, kita tidak perlu mengurusi persoalan yang bukan menjadi urusan kita, jika masalah yang menyangkut tentang kemanusiaan tentunya sah-sah saja jika kita berpendapat atas dasar kemanusiaan, karena hak azazi manusia itu sudah ada bahkan sejak manusia masih dalam kadungan perut seorang perempuan. Tapi diluar itu terkait masalah privasi kita tidak bisa masuk ikut campur ke dalamnya, karena itu merupakan sesuatu yang melanggar norma kesopanan.
Terkait darimanapun manusia itu berasal sejatinya kita hanyalah satu spesies yang bertempat tinggal di planet yang sama yaitu bumi, tentunya sebagai penduduk bumi kita mengambil manfaat dari saripati bumi sebagai energi untuk bertahan hidup. Itu artinya manusia memiliki kewajiban yang sama untuk menjaga peradaban manusia di muka bumi ini, keberlangsungan hidup manusia di bumi, keberlangsungan spesies peradaban manusia dari manusia pertama hingga sampai kepada kita semua.
Meskipun jika seandainya manusia menemukan planet selain bumi untuk ditinggali tentunya pasti akan memiliki historis kenangan yang tersimpan dalam ingatan manusia itu berupa tanah, air, yang menyuburkan pohon-pohonan dan memberikan kehidupan kepada seluruh spesies di dalamnya, itu semua sebagai anugrah tersediri mengapa bumi terpilih sebagai ibu pertiwi.
Walaupun sejujurnya tentu kita harus selalu waspada, terhadap ancaman-ancaman yang mungkin bisa saja terjadi sewaktu-waktu kapanpun, kita tidak pernah mengetahui kapan persis waktunya dimana bumi ini akan hanya tinggal kenangan, entah berapa abad lagi, kita tidak memiliki pengetahuan untuk menghitungnya.
Manusia hanya bisa mempelajari tanda-tandanya, kita lihat saja bahwa bumi kita sudah mengalami beberapa fase peradaban, dimulai dari zaman kekosongan dimana bumi masih kosong melongpong baru terbentuk, lalu ditempatilah oleh makluk yang kasap mata seperti tumbuh-tumbuhan dan peradaban dinosaurus dimulai, peradaban dinosaourus punah akibat terjangan hujan meteor yang meluluh lantakkan permukaan bumi, sehingga permukaan mengalami panas dan tumbuh-tumbuhan mengalami kematian, permukaan bumi menjadi kering-kerontang, sementara 1/2 permukaan bumi yang tertutup es menjadi mencair akibat panas hujan meteor api, cairan tersebut membentuk lautan, dan sebagian permukaan bumi menjadi kering dan hanya menyisakan sedikit wilayah yang tertutup es atau wilayah bersalju hingga saat ini kita sebut sebagai wilayah kutub es.
Sebagian biji tumbuh-tumbuhan tersebut ada yang tertutup salju juga ada yang terbawa oleh lelehan es yang mencair, biji-biji tumbuhan itu lalu terbawa ombak akibat angin hingga lambat laun mendarat menyentuh permukaan bumi, biji-bijian tersebut mulai tumbuh kembali dipermukaan bumi, terjadilah peristiwa reboisasi perbaikan bumi untuk yang pertama kalinya setelah dihujam meteor api, satwa yang pertama kali terlihat adalah makhluk hidup tanpa tulang belakang serta burung-burung, burung-burung itulah yang membawa biji-bijian terbang dengan paruhnya, lalu sebagian biji-bijian itu terjatuh dipermukaan bumi yang lain, maka biji-bijian itu tumbuh dipermukaan bumi yang lain.
Dan dalam reboisasi perbaikan permukaan bumi yang pertama kali itu dimulailah peradaban manusia pertama yang dalam keadaan bumi sudah dalam pemulihan, serta pemulihan itu mulai ditata oleh manusia sebagai pemelihara bumi.
Hingga sampai sekarang manusia telah beranak-pinak membentuk koloni-koloni, serta menempati wilayah-wilayah dan membentuk peradaban, lalu pada generasi ke sembilan dari peradaban manusia pertama bumi mengalami peristiwa besar berupa hujan yang tiada henti dengan sambaran petir yang mengerikan serta permukaan laut menenggelamkan permukaan bumi, beruntung berkat petunjuk pemelihara hidup peradaban manusia, hewan, tanaman diselamatkan dalam sebuah bahtera. Pada fase ini pemulihan di permukaan bumi tidak memakan waktu yang lama, karena hanya ditenggelamkan oleh air, sedangkan pada zaman dinosaurus permukaan bumi memerlukan waktu yang lama untuk kembali pulih.
Peradaban manusia sejak terjadinya peristiwa besar pertama dan kedua, hingga sampai sekarang manusia mengalami peradaban dari zaman ke zaman, tapi tidak pernah terjadi peristiwa yang meluluh lantakan semua permukaan bumi serta yang ada hanya peristiwa-peristiwa kejadian-kejadian yang kecil di beberapa wilayah bumi.
Dan tentulah seandainya terjadi peristiwa besar yang ketiga di permukaan bumi ini, bukan tidak mungkin peradaban di bumi hanyalah tinggal cerita, lantas dalam sisa usia bumi yang sudah hampir beratus-ratus abad, masih kita sebagai penduduk bumi ingin membuat sebuah kerusakan? Mengapa tidak kita penuhi saja bumi dengan sebuah rasa toleransi, rasa saling hormat-menghormati, rasa memiliki bumi yang kita tinggali bukankah manusia hanya dapat bertahan hidup dari sari pati tanah dan air, mengapa tidak kita jaga tanah dan air kita secara bersama-sama, mengapa tidak kita rawat bumi kita ini dengan penuh cinta, meskipun kita tahu kerusakan di permukaan bumi sudah terjadi dimana-mana bukan berati bumi kita lemah, tapi sejatinya diri manusia yang tidak mampu menjaga bumi itulah disebut lemah.
Kita setuju bahwa kita semua punya kepentingan, tapi bukan berarti kepentingan itu membuat kerusakan dimukan bumi, mengapa tidak berpikiran bahwa kepentingan itu tidak kita satukan saja untuk menjaga tanah dan air kita yang ada di bumi sebagai ibu pertiwi.
Sekian, salam damai dari Gernerasi Adam ke 125.
Gambar by Tingey Injury Law Firm
Related Posts: