Sifat etnosentris sejatinya bukan merupakan homogenitas perkembangan zaman yang lebih modern, pemikiran seseorang yang mengidap xenofobia sehingga berdampak pada tindakan merugikan dimana seseorang memiliki pandangan miscegenation terhadap ras lain, serta menggeneralisasi suatu kelompok tertentu terkesan mengkotak-kotakan berdasarkan kelompok misalnya kulit putih dan kulit hitam.
Sikap semacam itu sebenarnya pendorong utama diskirminatif pada lingkungan sosial, segregasi, kekerasan sosial, genosida, bahkan berujung pada penjajahan. Kita setuju bahwa setiap suku bangsa berhak mendapatkan suatu kemerdekaan, dimana kemerdekaan merupakan hak semua bangsa di atas permukaan dunia, dan kita semua setuju bahwa penjajahan di atas muka bumi harus dihapuskan, hal ini sejalan dengan azas dasar manusia yang menginginkan terciptanya kemerdekaan serta kedamaian.
Isu-isu rasial seharusnya jangan hanya sebagai suatu ajang kampanye, tapi isu-isu terkait rasisme harus disikapi sebagai suatu homogenitas kodrati manusia yang memang tercipta dengan berbagai latar belakang perbedaan, sehingga menuju pada akulturasi kehidupan yang mampu menciptakan perdamaian dengan mengedepankan rasa saling menghargai, saling menghormati satu sama lain.
Seharusnya jika seseorang yang berpikiran maju akan lebih peka terhadap semua perbedaan pada manusia itu sebagai sesuatu yang wajar, mengapa karena jika kita pelajari pada dasarnya setiap manusia itu memiliki perbedaan sekalipun apabila terlahir dalam waktu yang sama dalam perut seorang perempuan. Kita ambil misalnya : seorang yang terlahir bersamaan lazimnya disebut anak kembar, coba jika kita teliti lebih dalam maka pasti memiliki perbedaan hal paling mendasar yang dapat membuktikan bahwa setiap manusia itu memiliki perbedaan yaitu dari sebuah sidik jarinya, coba saja setiap manusia pasti memiliki sebuah sidik jari yang memang tidak akan sama, itu sudah dibuktikan oleh ilmu pengetahuan dewasa ini.
Sebagai generasi di abad milenium seharusnya manusia tidak memiliki sikap dan sifat primitif seperti rasisme, intoleransi yang menganggap ras tertentu memiliki pengaruh besar, padahal semua ras apapun selama ia membutuhkan tempat tinggal, makan, minum, pakaian, dan memiliki pikiran tetap saja disebut manusia.
Pada prinsipnya semua manusia di seluruh dunia itu memiliki hak sama, hak azasi manusia yang merupakan bagian humanisme atau rasa kemanusiaan yang sama, tidak dibedakan oleh warna kulit dan sejenisnya, bukankah jika kita percaya pada Tuhan Yang Maha Esa. Tentunya kita harus memiliki kesadaran yang sama bahwa semua manusia di dunia ini berasal dari dua manusia yaitu Adam dan Hawa.
Maka hematnya untuk apa pemikiran rasisme masih melekat dalam pikiran manusia, pemikiran semacam itu hanya menjauhkan homogenitas manusia untuk saling bertenggang rasa satu sama lainnya, justru menjauhkan dari perdamaian dan kemaslahatan manusia.
0 Response to "Rasisme Pemikiran Premitif Abad Milenium"
Post a Comment