Bagi seeorang yang berprofesi sebagai seorang pengajar (Guru) tentunya memiliki tugas yang tidak bisa dibilang ringan. Dalam mengajar seorang guru akan menghadapi sekolompok manusia yang memiliki karakteristik yang berbeda-beda antara satu dengan lainnya, mereka adalah murid atau siswa-siswi. Mereka siswa-siswi itu memerlukan bimbingan dan pembinaan untuk menuju pada perubahan sosial, aktual, dan mengembangkan potensi dalam menempuh suatu kedewasaan berpikir. Sehingga manusia setelah menerima pendidikan diharapkan akan menjadi manusia yang seutuhnya terpelajar dan mampu menjawab tantangan-tantangan zaman, pendidikan bukan hanya sekedar hanya untuk menggugurkan kewajiban kurikulum semata akan tetapi harus mampu sebagai suatu upaya untuk mewujudkan tujuan nasional yakni mencerdaskan kehidupan bangsa.
Mengingat tugas yang diemban seorang guru yang sangat begitu berat itulah, guru yang memberikan pengajaran dan pelajaran didepan kelas diharapkan mampu menerapkan dan memahami prinsip-prinsip dalam mengajar, karena dengan memahami dan menguasai prinsip-prinsip mengajar, seorang guru dapat menciptakan suasana pembelajaran yang hidup di dalam kelas. Prinsip-prinsip pengajaran harus diterapkan seefisien dan seefektif mungkin supaya hasil kegiatan belajar mengajar di suatu kelas dapat berhasil dan dapat berdaya guna. Berikut prinsip-prinsip mengajar tersebut diantaranya :
1. Perhatian
Pada saat mengajar seorang pengajar harus mampu membangkitkan perhatian kepada palajaran yang disampaikannya. Apabila perhatian pada pelajaran yang disampaikan itu dihayati oleh peserta didiknya dan dicerna oleh akal mereka sehingga dapat menghasilkan suatu pemahaman. Hal itulah yang akan dapat memberikan suatu pembangkitan pada sistem berpikir pada otak anak untuk bisa membandingkan, membedakan, mengekspresikan, mengeksplorasi, dan membuat eksperimen serta dapat menyimpulkan pengatahuan yang mereka terima.
2. Aktivitas
Di dalam suatu proses belajar mengajar, seorang pendidik harus bisa menciptakan serta membangkitkan aktivitas anak dalam berpikir dan bertindak. Menciptakan suatu suasana aktivitas dalam kelas untuk mengajak peserta didik dalam berpikir bukan suatu perkara yang mudah, dalam hal ini sangat diperlukan adanya pemahaman dan pemikiran terhadap situasi dan kondisi suatu metari pembelajar, terkhususnya pemahaman terhadap karakteristik peserta didik. Apabila di dalam kelas seorang siswa bisa diajak untuk berperan aktif, maka diharapkan peserta didik itu akan dapat memiliki pengetahuan dengan baik dan benar sehingga dapat mengaplikasikannya di dalam suatu perbuatan dan tindakan sehari-hari dalam menjalankan kehidupan.
3. Appersepsi
Setiap kali seorang guru mengajar perlu menghubungkan antara pelajaran yang akan disampaikan dengan pengetahuan dan pengalaman kognitif anak yang telah dimiliki sebelumnya.
Dengan cara seperti ini diharapkan anak siswa akan memperoleh hubungan antara pengetahuan yang telah menjadi miliknya dengan pelajaran yang diterimanya. Hal ini meperlancar guru dalam mengajar dan sekaligus membantu anak untuk lebih memperhatikan pelajaran dengan seksama.
4. Peragaan
Pada saat seorang pengajar menjelaskan sesuatu materi dihadapan peserta didiknya di depan kelas, ia harus berusaha untuk dapat menampilkan alat peraga yang asli atau tiruan jika itu merupakan penjelasan yang memerlukan alat perga sehingga peserta didik dapat memahami apa yang disampaikan dengan baik. Didalam mengajar dengan menggunakan alat peraga hendaknya alat-alat perga itu bervariasi dan menarik supaya lebih mengundang perhatian peserta didik hal itulah yang akan meningkatkan daya rangsang siswa untuk lebih fokus dan melatih cara berpikir mereka, alat peraga juga tidak mesti harus mahal tidak mesti harus yang asli bisa menggunakan tiruan alat peraga jika tidak memungkinkan.
5. Repetisi
Untuk menjelaskan suatu pelajaran, pengajar perlu menggunakan repetisi atau pengulangan dalam menjelaskan suatu materi pelajaran. Mengulang pelajaran tentunya harus menggunakan teknik-teknik yang tepat dalam kondisi dan situasi yang tepat misalnya dengan memberikan suatu pertanyaan terlebih dahulu pada peserta didik lalu jika mereka belum benar-benar memahami maka seorang guru bisa mengulangi apa yang menjadi topik materi pembelajaran.
Pelajaran-pelajaran yang disampaikan secara berulang-ulang juga dapat membantu peserta didik untuk memberikan daya tangkap yang dapat memperjelas permasalahan dan biasanya akan tidak muda lupa.
6. Korelasi
Guru dalam mengajar perlu memperhatikan dan memikirkan korelasi atau keterkaitan antara setiap mata pelajaran, serta korelasi antar ilmu pengetahuan yang satu dengan ilmu pengetahuan lain. Namun korelasi tersebut tidak serta merta datang dengan sendirinya melainkan harus dipikirkan terkait sebab dan akibatnya yang akan timbul, apabila korelasi itu dapat dicerna dan diterima akal, dapat dimengerti dan dipahami, maka akan memperluas dan memperdalam pengetahuan-pengetahuan antara satu dengan pengetahuan lainnya pada peserta didik.
7. Konsentrasi
Keterhubungan antar pelajaran dapat diperluas atau bahkan dapat dipusatkan kepada salah satu pemusatan minat dan bakat. Sehingga seorang anak dapat memperoleh pengetahuan secara luas dan mendalam. Anak akan melihat dan merasakan adanya keterhubungan atau koneksi antara mata pelajaran yang satu dengan lainnya. Perencanaan bersama antara pengajar dan peserta didik akan dapat membangkitkan minat murid untuk belajar berkonsentrasi. Di dalam konsentrasi pelajaran-pelajaran yang dapat mengandung problematika atau soalan. Sehingga dengan metode problem solving (penyelesaian masalah) peserta didik akan terlatih dalam menyelesaikan persoalan-persoalannya sendiri. Usaha konsentrasi pelajaran dapat menyebabkan siswa-siswi memperoleh pengalaman secara langsung. Mengamatinya sendiri, menelitinya sendiri, menganalisisnya sendiri sehingga dapat menyusun, mengelola dan menyimpulkan pengetahuan itu sendiri.
8. Sosialisasi
Dalam perkembangan anak perlu melatih pola kerjasama dengan kelompok diskusinya atau dengan kelompok yang lainnya. Sehingga anak disamping sebagai individu juga memiliki kemampuan dalam segi sosialisasi yang sangat perlu dikembangkan. Melalui prinsip sosialisasi mereka akan terlatih bekerjasama, bergotong-royong, dan bertanggung jawab dalam memecahkan persoalannya. Sehingga dapat meningkatkan pola berpikir mereka semaksimal mungkin.
Dalam bersosialisasi mungkin akan dapat menimbulkan berbagai pertanyaan, saran, dan komentar yang mendorong mereka untuk berpikir lebih lanjut didalam usahanya untuk memahami dan meperbaiki segala kekurangan. Dengan demikian siswa-siswi menjadi tahu peran penting bersosialisasi, mengeluarkan gagasan pemikiran, menilai, dan menghargai hasil pemikiran serta pendapat orang lain. Sehingga memberikan suatu efek perilaku yang konstruktif pada peserta didik.
Mutu, makna dan efektivitas belajar mengajar siswa-siswi tergantung dari masing-masing anak, dan sangat bersar pula kaitannya tergantung dari pada kerangka sosial tempat mereka belajar. Disinilah pentingnya perinsip pengajaran sosialisasi. Banyak sekali manfaat yang akan diperoleh peserta didik dalam menerapkan cara bersosialisasi dalam lingkungan pembelajaran dan pengajaran di dalam kelas.
9. Individualisasi
Masing-masing anak memiliki karakteristik yang berbeda dan unik, seorang pengajar tidak boleh menilai peserta didiknya dengan penilaian dari satu kemampuan saja, seorang ilmuan jenius Albert Einstein bahkan pernah berkata bahwa setiap manusia itu cerdas, akan tetapi jika kita menilai seekor ikan untuk memenjat pohon maka akan selamanya ia akan terlihat bodoh. Maksudnya adalah bahwa setiap manusia terlahir dengan karakteristik dan kelebihan serta kekurangannya masing-masing.
Sesuai dengan sifat individualitas setiap siswa-siswi yang memiliki perbedaan dalam perkembangan dan kemampuan itulah, pengajar hendaknya mendata, menyelidiki, dan memahami tingkat kesanggupan dari siswa-siswinya serta merangsangnya untuk menemukan dan menentukan sendiri apa yang dapat dilakukan dengan berjalan secara fleksibilitas, efektivitas, dan efisiensi untuk proses kelancaran yang lebih lanjut dan berkesinambungan.
10. Evaluasi
Pada akhir semua kegiatan belajar mengajar, tentunya seorang pengajar perlu mengevaluasi. Evaluasi dilaksanakan untuk menilai dan meneliti hasil proses belajar peserta didiknya, guna mengetahui kesulitan-kesulitan apa saja yang masih melekat pada saat melakukan proses belajar itu.
Evaluasi merupakan suatu keharusan dan bagian yang mutlak harus ada dalam setiap kegiatan belajar mengajar dan sebagai unsur itegrasi dalam suatu organisasi pembelajaran.
Evaluasi merupakan suatu alat untuk mengorganisir, memperoleh, menghimpun, mengklasifikasi, mendata, serta menganalisis hasil-hasil pelajaran yang telah dicapai peserta didik, misalnya memberikan suatu laporan tentang prestasi pada peserta didik dan kepada orang tua atau wali murid supaya dapat memproleh informasi program pengajaran dan pelaksanaan proses belajar yang berlangsung di dalam kelas.
Oleh karena itulah pengajar harus memiliki serta memahami pengertian evaluasi, mendalami tujuan evaluasi, kegunaan dari evaluasi, macam bentuk-bentuk evaluasi, serta teknik-teknik evaluasi yang sesuai dengan kegunaan dan sasarannya.
Dengan pemahaman dan pelaksanaan evaluasi ini pada akhirnya dapat memperbaiki perencanaan maupun teknisnya. Supaya kegiatan pembelajaran menjadi tepat sasaran, terarah, dan ternavigasi secara gamblang dan jelas.
Proses kegiatan mengajar yang fleksibelity, efektif, dan efisiensi tergantung dari pada kesepuluh prinsip-prinsip pengajaran di atas. Dengan perinsi tersebut, seorang guru dapat memonitor dan menjalankan profesinya sebagai pembentuk dan pembangun kepribadian peserta didik kejenjang kedewasaan mereka. Sedangkan belajar yang efektif, efisien, serta fleksibilitas tergantung dari pada corak dan makna yang penuh warna dari proses kegiatan belajar mengajar itu sendiri.
Semua prinsip-prinsip itu tentunya memiliki korelasi atau network yang saling melengkapi satu dengan lainnya tidak boleh dipisahkan satu diantara yang lain. Supaya dapat mengorganisasikan proses belajar mengajar untuk memperoleh hasil pada taraf maksimum yang bermakna penuh dan mengandung sejuta pengertian yang bararti. Serta untuk memperoleh suatu hasil yang efektif dan seefisien mungkin, dan mendapatkan hasil yang paling baik juga otentik serta sistematis.
Semoga uraian tersebut dapat bermanfaat bagi kita semua sekaian pembaca yang berakal budi, terutama bagi seorang pahlawan-pahlawan tanpa tanda jasa. Tentunya kita menyadari bahwa tujuan proses pembelajaran sehebat apapun program yang diciptakan oleh akal manusia tidak akan pernah tercapai tanpa adanya metode atau prinsip-prinsip yang benar dalam pembelajaran. Sekian terimakasih.